Puisi Lama dan Baru: Pengertian, Ciri, Contoh, dan Kaidahnya
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan bahasa dan makna yang mendalam. Dalam perkembangannya, puisi terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu puisi lama dan puisi baru. Perbedaan keduanya terletak pada aturan, gaya bahasa, dan kebebasan dalam penyampaian isi.
Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh aturan seperti jumlah baris, rima, dan pola tertentu. Puisi jenis ini berkembang dalam tradisi lisan dan sering kali mengandung nilai-nilai budaya serta nasihat moral. Contoh puisi lama antara lain pantun, syair, gurindam, dan seloka.
Sementara itu, puisi baru lebih bebas dalam struktur dan penyampaiannya. Puisi ini berkembang seiring dengan perubahan zaman dan lebih ekspresif dalam mengungkapkan perasaan atau pemikiran penulis. Puisi baru tidak lagi terikat oleh aturan ketat seperti dalam puisi lama. Contoh puisi baru antara lain balada, soneta, dan puisi bebas.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai ciri-ciri, contoh, serta kaidah dari masing-masing jenis puisi tersebut.
Pengertian Puisi Lama
Puisi lama adalah jenis karya sastra puisi yang berkembang sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun-temurun. Puisi ini memiliki aturan baku yang harus dipatuhi, seperti jumlah baris, bait, rima, serta irama yang tetap. Selain itu, puisi lama juga tidak diketahui siapa penciptanya karena umumnya berasal dari budaya lisan.
Ciri-ciri Puisi Lama
Puisi lama memiliki beberapa karakteristik khas, di antaranya:
- Anonim (tidak diketahui pengarangnya) – Biasanya diwariskan secara lisan sehingga sulit ditelusuri penciptanya.
- Terikat oleh aturan – Memiliki pola rima, jumlah baris, dan bait yang tetap.
- Bahasa yang baku dan klise – Menggunakan bahasa kiasan yang khas dan sering berulang.
- Bersifat tradisional – Mencerminkan nilai-nilai adat dan budaya masyarakat pada masanya.
- Mengandung nasihat dan nilai moral – Banyak puisi lama digunakan sebagai media pendidikan dan penyampaian pesan moral.
- Disampaikan secara lisan – Pada awalnya lebih sering disampaikan dari mulut ke mulut.
Jenis-jenis Puisi Lama
Pantun
- Berbentuk empat baris dalam satu bait.
- Memiliki pola rima a-b-a-b.
- Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Contoh Pantun:
Buah mangga di atas nampan,
Dimakan pagi terasa manis.
Janganlah hidup penuh angan,
Usaha keras membuat sukses.
Gurindam
- Terdiri dari dua baris dalam satu bait.
- Memiliki rima a-a.
- Berisi nasihat dan petuah. Contoh Gurindam:
Jika hendak hidup mulia,
Jauhilah sifat yang durhaka.
Syair
- Berbentuk empat baris dalam satu bait.
- Memiliki rima a-a-a-a.
- Semua baris dalam bait berisi isi, tidak ada sampiran. Contoh Syair:
Bila ingin hidup bahagia,
Bersabarlah dalam sengsara,
Berusaha selalu di dunia,
Agar selamat di akhirat jua.
Mantra
- Teks yang memiliki kekuatan magis.
- Biasanya digunakan dalam upacara adat atau kepercayaan tertentu. Contoh Mantra:
Tanah ini aku injak,
Bumi ini aku pijak,
Jangan datang segala marabahaya,
Hidup selamat sejahtera.
Pengertian Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan baku seperti puisi lama. Puisi ini lebih bebas dalam hal jumlah baris, bait, rima, serta irama. Biasanya puisi baru memiliki pencipta yang jelas dan lebih ekspresif dalam menyampaikan emosi serta makna.
Ciri-ciri Puisi Baru
- Diketahui pengarangnya – Berbeda dengan puisi lama yang anonim.
- Bentuk lebih bebas – Tidak terikat oleh aturan seperti jumlah bait dan baris.
- Memiliki rima yang bervariasi – Tidak selalu mengikuti pola tetap.
- Bahasa lebih ekspresif – Menggunakan gaya bahasa yang lebih bebas.
- Tema lebih luas – Bisa mengangkat berbagai tema seperti cinta, sosial, politik, dan kehidupan sehari-hari.
Jenis-jenis Puisi Baru
- Balada – Puisi yang menceritakan kisah atau legenda tertentu.
- Himne – Puisi yang berisi pujian kepada Tuhan, pahlawan, atau seseorang yang berjasa.
- Ode – Puisi yang berisi sanjungan terhadap seseorang atau sesuatu yang dianggap mulia.
- Epigram – Puisi yang mengandung ajaran atau nasihat hidup.
- Elegi – Puisi yang mengungkapkan kesedihan mendalam, biasanya karena kehilangan seseorang.
- Satire – Puisi yang berisi kritik sosial dengan gaya sindiran.
- Soneta – Puisi yang terdiri dari 14 baris dan memiliki pola rima tertentu.
Contoh Puisi Baru
Berikut adalah beberapa contoh puisi baru berdasarkan jenisnya:
1. Balada (Puisi yang menceritakan sebuah kisah atau peristiwa)
Judul: Sang Pejuang
Di ujung senja yang meredup,
Langkahnya tegap tanpa ragu,
Berkibarlah merah dan putih,
Demi negeri yang ia rindu.
Dengan tekad sekeras baja,
Ia maju tanpa takut mati,
Demi tanah air tercinta,
Ia korbankan segala hati.
2. Soneta (Puisi 14 baris dengan rima tertentu)
Judul: Rindu Senja
Mentari tenggelam di ufuk barat,
Meninggalkan jejak cahaya sendu,
Bayangmu datang dalam kalbu,
Mengisi hati yang mulai penat.
Angin berbisik membawa kenangan,
Tentang tawa yang dulu mesra,
Kini tinggal luka dan nestapa,
Hanya tersisa bayang-bayang.
Aku terdiam dalam hening,
Menanti hadirmu kembali,
Dalam senja yang kian dingin,
Menyapa hati yang sepi.
3. Puisi Bebas (Tidak terikat aturan rima atau jumlah baris)
Judul: Malam Tanpa Bintang
Di sini aku berdiri,
Menatap langit luas tanpa bintang,
Gelap…
Seperti hatiku yang kehilangan cahaya.
Kau pergi tanpa kata,
Meninggalkan ruang kosong dalam dada,
Tak ada suara,
Hanya sunyi yang menemani.
Itulah beberapa contoh puisi baru. Puisi baru memiliki kebebasan dalam penyampaian, namun tetap memiliki kekuatan dalam makna dan estetika bahasa.
Kaidah Kebahasaan Puisi
- Menggunakan majas atau gaya bahasa – Seperti metafora, personifikasi, hiperbola, dan simile.
- Diksi yang indah dan bermakna – Pemilihan kata yang memiliki nilai estetika.
- Mengandung citraan (imaji) – Menggambarkan sesuatu dengan jelas melalui panca indera.
- Menggunakan rima dan irama – Pola bunyi yang membentuk keindahan dalam pembacaan.
Kesimpulan
Puisi lama dan puisi baru memiliki perbedaan yang signifikan, terutama dalam aturan bentuk dan kebebasan ekspresi. Puisi lama cenderung lebih kaku karena terikat oleh aturan tradisional, sedangkan puisi baru lebih fleksibel dan ekspresif. Meski begitu, keduanya tetap menjadi bagian penting dalam dunia sastra yang terus berkembang hingga kini.
Referensi:
- Semi, A. (1993). “Anatomi Sastra”. Padang: Angkasa Raya.
- Waluyo, H. J. (2002). “Apresiasi Puisi”. Jakarta: Gramedia.
- Tarigan, H. G. (1985). “Prinsip-Prinsip Dasar Sastra”. Bandung: Angkasa.