Apa Saja Kebijakan Uni Soviet dan Amerika Serikat Pada Periode Perang Dingin Kedua dalam Bidang Militer?

Perang Dingin Kedua adalah periode ketegangan dan konflik yang melibatkan dua kekuatan besar dunia, yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat, yang berlangsung dari akhir 1970-an hingga akhir 1980-an. Dalam periode ini, kedua negara mengadopsi berbagai kebijakan dalam bidang militer yang kemudian membentuk arah tingkah laku mereka dalam lingkup internasional. Berikut ini adalah kebijakan-kebijakan tersebut.

Kebijakan Militer Uni Soviet

Uni Soviet mengadopsi kebijakan militer yang dikenal sebagai “Doktrin Brezhnev”. Doktrin ini, yang dinamai menurut pemimpin Uni Soviet pada saat itu, Leonid Brezhnev, memandang bahwa kekuatan Soviet mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan intervensi militer dalam setiap negara sosialis yang tampaknya berusaha untuk berpaling dari sosialisme atau sedang dihadapkan dengan bahaya kontrarevolusioner. Bantuan militer dan intervensi langsung pernah dijalankan oleh Uni Soviet, seperti yang terjadi dalam Invasi Afghanistan oleh Uni Soviet pada tahun 1979.

Kebijakan Militer Amerika Serikat

Di sisi lain, Amerika Serikat merespon dengan yang pada masa itu dikenal sebagai “Doktrin Carter”. Presiden Jimmy Carter membuat pernyataan dalam pidato kenegaraannya tahun 1980 bahwa Amerika Serikat akan menggunakan cara apapun yang diperlukan, termasuk penggunaan kekuatan militer, untuk melindungi kepentingan mereka di kawasan Teluk Persia. Kebijakan ini kemudian dicapai melalui pembentukan Pasukan Cepat Penggantian, yang bertujuan untuk melindungi Amerika Serikat dan sekutunya dari gangguan militer Uni Soviet.

Pada awal 1980-an, kebijakan militer Amerika Serikat berubah. Presiden Ronald Reagan mengadopsi strategi yang dikenal sebagai “perdamaian melalui kekuatan”. Artinya, Amerika Serikat akan mempertahankan keunggulan militer berkelanjutan untuk mencegah agresi Uni Soviet. Kebijakan ini termasuk peningkatan anggaran belanja pertahanan dan pengembangan senjata baru, seperti inisiatif Pertahanan Strategis (“Star Wars”).

Dalam hal ini, kedua kekuatan besar dunia ini, Amerika Serikat dan Uni Soviet, mengambil pendekatan yang berbeda-beda terhadap keamanan mereka, dengan Amerika menekankan pada “perdamaian melalui kekuatan”, dan Uni Soviet merespon dengan fokus pada intervensi langsung dan mendukung gerakan sosialis di seluruh dunia.

Situasi ini diperparah dengan perlombaan senjata nuklir dan timbulnya ancaman bersenjata nuklir yang massif. Menyadari potensi bencana yang bisa ditimbulkan, kedua negara akhirnya mencapai beberapa perjanjian pembatasan senjata, yang melibatkan pembatasan dan pembongkaran senjata, pengerahan pasukan, dan pengujian senjata. Perjanjian ini meliputi SALT I, SALT II, dan Perjanjian INF.

Setelahnya, jatuhnya Blok Timur dan Uni Soviet menyebabkan berakhirnya Perang Dingin dan lonceng kematian untuk kebijakan militer yang sebelumnya dianut. Tantangan dan ketegangan baru di hadapan menggantikan yang lama, dan kebijakan militer sejalan dengan dinamika geopolitik baru itu.

Namun apa pun itu, dampak dari Perang Dingin berlanjut hingga hari ini dan kebijakan militer yang diambil oleh kedua negara selama periode ini telah membentuk arah dunia pasca-Perang Dingin yang kita lihat hari ini. Semua ini mengingatkan kita betapa pentingnya kebijakan dalam menentukan stabilitas dan perdamaian dunia.