Kesepakatan Antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah: Sepeninggalan Muawiyah, Pemerintah Harus Dikembalikan ke Tangan Umat Islam yang Terkenal dengan..

Domain Java (1)
Domain Java (1)

Dalam sejarah Islam, tercatat sebuah peristiwa penting terkait penyerahan kekuasaan pemerintahan yang melibatkan dua tokoh besar, yakni Hasan bin Ali dan Muawiyah. Peristiwa ini berlangsung setelah meninggalnya Utsman bin Affan, khalifah ketiga yang dibunuh secara dramatis.

Latar Belakang

Tidak lama setelah kematian Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi Khalifah. Namun, kepemimpinannya tidak disukai oleh sebagian umat Islam, termasuk Muawiyah, Gubernur Syam pada waktu itu. Muawiyah menuntut balas atas pembunuhan Utsman dan inilah yang menjadi titik awal konflik antara Ali dan Muawiyah.

Baca Juga :   Kolam Ikan Pak Bima Berukuran 8 × 10 M dan Kedalaman Kolam Tersebut 150 cm, Berapa Jam Waktu yang Dibutuhkan Pak Bambang untuk Mengisi Air dalam Kolam Ikan jika Debit Air 400 Liter/Menit?

Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, putranya, Hasan, naik tahta menjadi Khalifah. Tapi, ketegangan dengan Muawiyah masih ada. Hasan kemudian memutuskan untuk melakukan pendekatan damai kepada Muawiyah yang berujung pada kesepakatan penting dalam sejarah Islam.

Perjanjian Hasan bin Ali dan Muawiyah

Putra Ali, Hasan, mendapatkan beban berat untuk memimpin umat Islam di tengah konflik dan tekanan yang ada. Dia menawarkan perdamaian kepada Muawiyah, sebuah langkah yang dianggap heroik dalam sejarah Islam.

Baca Juga :   The Best and Most Beautiful Things in the World Cannot Be Seen or Even Touched

Perjanjian antara Hasan bin Ali dan Muawiyah merujuk pada kesepakatan damai yang terjadi sekitar tahun 661 M. Dalam perjanjian ini, Hasan bin Ali sepakat untuk menyerahkan tampuk kepemimpinan ke Muawiyah dengan catatan penting bahwa setelah Muawiyah meninggal, kekuasaan harus dikembalikan ke tangan umat Islam.

Penyerahan Kekuasaan Kepada Umat Islam

Pasal terpenting dalam perjanjian ini adalah bahwa setelah Muawiyah meninggal, kekuasaan harus dikembalikan kepada umat Islam. Ini menekankan pentingnya prinsip demokrasi dalam Islam, dimana yang berhak memilih pemimpin adalah umat itu sendiri dan bukan dilimpahkan dari satu keluarga ke keluarga lain.

Baca Juga :   Kumpulan dari Berbagai Jaringan Komputer yang Saling Terkoneksi dan Mencakup Seluruh Dunia Merupakan Penjelasan Dari

Namun, setelah Muawiyah meninggal, ternyata kekuasaan tidak dikembalikan kepada umat. Alih-alih, Muawiyah malah menetapkan putranya, Yazid, sebagai penguasa. Ini menjadi titik awal dari apa yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai pemerintahan Bani Umayyah yang berlangsung selama beberapa abad.

Kesimpulan

Kesepakatan antara Hasan bin Ali dan Muawiyah merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menggambarkan harapan bagi kepemimpinan Islam yang lebih demokratis dan adil. Meskipun, dalam kenyataannya, harapan tersebut belum sepenuhnya terwujud, perjanjian ini tetap menjadi tonggak penting yang mengingatkan kita akan pentingnya pemimpin yang dipilih oleh rakyat untuk rakyat.

Ikuti kami di GoogleNews

Pos terkait