Tutup
News

Pemimpin yang Mengambil Keputusan Tanpa Melibatkan Bawahan Disebut

×

Pemimpin yang Mengambil Keputusan Tanpa Melibatkan Bawahan Disebut

Sebarkan artikel ini
Domain Java (1)
Domain Java (1)

Dalam dunia dan , gaya yang dianut oleh seorang pemimpin sangat menentukan dinamika kerja, komunikasi, dan hubungan antara atasan dan bawahan. Salah satu gaya yang sering diperdebatkan adalah apabila seorang pemimpin mengambil keputusan secara sepihak tanpa melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Gaya seperti ini umumnya disebut sebagai gaya otoriter.

Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang diwarnai oleh kecenderungan seorang pemimpin untuk mengambil keputusan secara sendiri, tanpa memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memberikan masukan atau bahkan mengajukan pertanyaan. Pemimpin dengan gaya ini cenderung tidak menghargai usulan atau pendapat para bawahan, dan lebih mengandalkan kekuasaan dan kebijaksanaan mereka untuk menjalankan .

Iklan
Baca Juga :   Sebuah Mobil Bergerak dengan Kelajuan Rata-Rata 80 km/jam Selama 60 Menit. Jarak yang Ditempuh Mobil Tersebut adalah…

Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari gaya kepemimpinan otoriter:

  1. Pemimpin memegang kendali dan tidak memberikan otonomi kepada bawahan.
  2. Tidak adanya diskusi atau debat dalam proses pengambilan keputusan.
  3. Tidak ada toleransi terhadap perbedaan pendapat atau kritik.
  4. Pemimpin sering menganggap diri mereka lebih mengetahui situasi dan solusi yang tepat.
  5. Pemimpin merasa dirinya memiliki kebenaran atau wewenang yang absolut dalam mengambil keputusan.
Baca Juga :   Kaki di Renggangkan Selebar Badan dan Lutut Agak Ditekuk, Kemudian Cakram Diayunkan ke Arah Kanan, Belakang dan ke Kiri Secara Berulang, yang Bertujuan untuk Mengatur: Sebuah Eksplorasi

Dampak Gaya Kepemimpinan Otoriter

Bagi beberapa orang, gaya kepemimpinan otoriter dianggap efektif, khususnya dalam situasi yang memerlukan keputusan cepat atau kebijaksanaan yang tegas. Namun demikian, gaya kepemimpinan ini juga memiliki dampak yang tidak selalu positif, seperti berikut:

  1. Motivasi bawahan menurun: Gaya kepemimpinan ini seringkali membuat bawahan merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya, sehingga berdampak pada menurunnya semangat dan motivasi dalam bekerja.
  2. Hubungan antara atasan dan bawahan terganggu: Bawahan yang merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan cenderung memiliki kesan negatif terhadap atasan, yang kemudian mempengaruhi hubungan kerja di antara mereka.
  3. Kurangnya inovasi dan kreativitas: Gaya kepemimpinan otoriter cenderung mengekang potensi dan ide-ide yang mungkin muncul dari bawahan. Hal ini mengakibatkan kurangnya inovasi dan kreativitas dalam .
  4. Perubahan menjadi sulit: yang dipimpin oleh pemimpin otoriter dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan. Kebijakan dan aturan yang terlalu kaku akibat gaya ini menghambat laju dalam merespon tantangan dan perubahan lingkungan.
Baca Juga :   Jelaskan Pentingnya Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Bangsa Indonesia

Alternatif Gaya Kepemimpinan yang Demokratis

Sebagai alternatif dari gaya kepemimpinan otoriter, pemimpin dapat mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis mencakup:

  1. Melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
  2. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berbicara dan menyampaikan pendapat.
  3. Bersedia mengakui dan mempertimbangkan saran serta masukan dari bawahan.
  4. Menghargai dan mengakui kontribusi bawahan, baik secara individu maupun kelompok.
Baca Juga :   Organel Sel yang Berperan dalam Mencerna Benda Asing dan Berperan dalam Pembelahan Sel Secara Berurutan Adalah

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tantangan saat ini, diperlukan cara-cara yang flexibel dan kolaboratif bagi atasan dan bawahan dalam menghadapi berbagai permasalahan. Oleh karena itu, pemimpin yang melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, tanpa melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, dianggap lebih efektif dalam menghadapi beragam tantangan yang ada.

Baca Juga :   Nilai-nilai Dasar Pancasila dapat Dikembangkan dengan Menerima Pemikiran-Pemikiran Baru sesuai dengan Tuntutan Perkembangan Zaman Kebutuhan Bangsa dan Negara karena Pancasila merupakan Ideologi