Hadits “Tangan Diatas Lebih Baik Daripada Tangan Dibawah” Diriwayatkan Oleh Siapa?

Hadits merupakan bagian penting dalam memahami dan menginterpretasikan ajaran . Salah satu hadits yang sering disebut dan dipahami sebagian umat adalah hadits “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Ini merujuk pada konsep dalam bahwa lebih baik memberikan (tangan di atas) daripada menerima (tangan di bawah). Tapi siapakah yang meriwayatkan hadits ini?

Baca Juga :   Salah Satu Bukti Bahwa Indonesia Menganut Kedaulatan Rakyat Adalah

Diriwayatkan Oleh Imam Muslim

Hadits “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam kitabnya, Sahih Muslim, Imam Muslim mengumpulkan dan memvalidasi serangkaian hadits dari Nabi Muhammad SAW, termasuk hadits ini. Hadits ini dikenal sebagai Hadits no. 1033.

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa:

“Tangan yang di atas (yaitu yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yaitu yang menerima).”

Maksud dari hadits ini adalah mendorong umat untuk menjadi pribadi yäang dermawan dan selalu siap untuk membantu orang lain.

Baca Juga :   Bagaimana Saya Dapat Membantu Peserta Didik Menjalani Perubahan Masa Pubertas dengan Nyaman, Baik Remaja Laki-laki maupun Remaja Perempuan?

Interpretasi dan Makna Dalam Konteks Kontemporer

Hadits “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” memiliki makna yang mendalam dan relevan dalam konteks kontemporer. Ini menunjukkan pentingnya generositas dan nilai memberi dalam .

Hal ini juga menunjukkan bahwa mendapatkan rezeki atau menghasilkan pendapatan sendiri adalah lebih mulia daripada bergantung pada orang lain. Pada dasarnya, hadits ini mengajarkan pentingnya mandiri dan menekankan pada nilai-nilai kerja keras dan usaha dalam hidup seorang muslim.

Baca Juga :   Kemajemukan Masyarakat Indonesia dalam Kehidupan Keagamaan Dilatarbelakangi oleh Kenyataan Bahwa

Kesimpulan

Dengan demikian, hadits “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Sahih Muslim. Hadits ini menekankan pada pentingnya berbagi, memandiri diri sendiri dan nilai kerja keras dalam mendapatkan rezeki. Pesan ini tetap relevan dan berharga, tidak hanya dalam konteks saat itu, tetapi juga dalam masyarakat modern saat ini.

Baca Juga :   Gejala Sosial yang Muncul dalam Kehidupan Masyarakat Dianggap Wajar Karena