Ditinjau dari Bentuknya, Riya Dibagi Menjadi Dua Yaitu Riya dalam Niat dan Riya dalam Perbuatan: Sebutkan Sebuah Contoh Riya dalam Niat

Domain Java (1)
Domain Java (1)

Riya, dalam terminologi , merujuk pada tindakan melaksanakan perbuatan baik dengan niatan mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia, bukan semata-mata karena Allah. Harus kita pahami, bahwa dasar niatan dalam melakukan suatu perbuatan adalah pondasi utama dalam . Rasulullah SAW pernah berkata, “Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Baca Juga :   Download Hill Climb Racing 2 Mod APK Unlimited Money and Fuel iOS

Riya, secara umum, dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bentuknya, yakni riya dalam niat dan riya dalam perbuatan.

Riya dalam Niat

Riya dalam niat terjadi ketika seseorang memiliki niatan tidak murni dalam melakukan perbuatannya. Niatan ini bisa berupa harapan untuk dipuji, dihormati, atau diperhatikan oleh orang lain. Ini adalah jenis riya yang paling berbahaya karena berhubungan langsung dengan hati dan dapat merusak nilai suatu amalan.

Baca Juga :   Harga Pensil dan Penghapus Rp4.800,00, Buku Tulis dan Pensil Rp6.750,00, Sedangkan Penghapus dan Buku Tulis Rp3.050,00: Rita Membeli Buku Tulis, Pensil dan Penghapus Masing-masing 3 Buah, Membayar dengan Satu Lembar Uang Seratus Ribuan, Uang Kembalian yang Diterima Rita Adalah Rp ….

Sebagai riya dalam niat, mari kita pertimbangkan seseorang yang berpuasa. Seorang individu mungkin memutuskan untuk berpuasa dengan tujuan agar orang lain melihatnya sebagai orang yang taat beragama, bukan karena berkeinginan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini, puasa tersebut menjadi riya karena niat utamanya adalah mencari pengakuan dari manusia, bukan untuk ibadah kepada Allah.

Baca Juga :   Menjual Barang di Luar Negeri dengan Harga yang Lebih Murah daripada di Dalam Negeri Disebut

Hal ini bertentangan dengan ajaran yang mendorong seseorang untuk berpuasa dengan niatan yang murni, yakni agar mendapatkan ridho Allah dan hasil dari amalan puasanya, yaitu pahala dari Allah SWT.

Ingatlah bahwa niat adalah dasar dari semua amalan. Jika niat kurang murni, maka amalan tersebut akan kurang bernilai di mata Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap Muslim untuk selalu mengevaluasi niat mereka dalam segala yang mereka lakukan, supaya terhindar dari perbuatan riya yang dapat merugikan diri mereka sendiri di dunia maupun akhirat.

Baca Juga :   Usaha Konkret dalam Menghadapi Interaksi Budaya di Era Digital untuk Menjaga Adat Budaya Bangsa Indonesia yang Terkenal dengan Kesopanan dan Keramahannya

Ikuti kami di GoogleNews

Pos terkait