Kenapa Para Sahabat Kurang Setuju Dengan Isi Perjanjian Hudaibiyah yang Cenderung Barat Sebelah?

Domain Java (1)
Domain Java (1)

Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian perdamaian antara Nabi Muhammad SAW dan kaum Quraisy Mekkah yang terjadi pada tahun 628 M. Namun, ada suatu permasalahan yang timbul pada saat itu yakni kurangnya persetujuan sebagian besar sahabat terhadap isi perjanjian ini. Dalam konteks ini, ‘barat sebelah' merujuk pada kecenderungan isi perjanjian yang tampaknya lebih menguntungkan pihak Quraisy atau lebih cenderung ke barat, arah Mekkah. Lalu, mengapa para sahabat kurang setuju dengan isi perjanjian Hudaibiyah yang demikian?

Baca Juga :   Dengan Perkembangan Teknologi Telah Menuntut Para Pendidik untuk Mencari Metode Mengajar yang Lebih Menarik; Kalimat di Atas Tidak Baku dan Dapat Diperbaiki dengan Cara Berikut

Dalam Konteks Hubungan Sosial-Politik

Perjanjian Hudaibiyah merupakan titik balik dalam hubungan sosial-politik antara umat dan kaum Quraisy. Para sahabat Nabi yang berada di dalam situasi ini merasa isi perjanjian tersebut tidak seimbang. Pasal dalam perjanjian yang menyatakan bahwa umat harus kembali ke Madinah dan tidak bisa melanjutkan haji pada tahun itu, meski mereka sudah tiba di luar Mekkah, menyebabkan rasa tidak puas di kalangan sahabat.

Baca Juga :   Indonesia adalah Negara yang Anti Imperialisme dan Kolonialisme, Hal tersebut sebagaimana Ditegaskan dalam Sejarah dan Kebijakan Negara

Pertimbangan Strategis dan Keimanan

Banyak sahabat Nabi yang beranggapan bahwa perjanjian tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar kepada kaum Quraisy ketimbang umat . Dalam perspektif strategis dan politis, beberapa pasal dalam perjanjian melindungi kepentingan Quraisy lebih dari umat . Hal ini tampak dalam pasal tentang tawanan perang, bahwa jika seorang Muslim melarikan diri dari Mekkah ke Madinah, mereka harus dikembalikan ke Mekkah. Namun, aturan ini tidak berlaku sebaliknya. Ini juga mengecewakan para sahabat.

Baca Juga :   Individu atau Kelompok Individu yang Melakukan Perpindahan Posisi Sosial dari Satu Lapisan ke Lapisan yang Lain Disebut…

Sudut Pandang Keimanan

Sahabat Nabi yang memiliki komitmen kuat terhadap ajaran merasa perjanjian tersebut menghalangi mereka untuk menjalankan haji, salah satu dari lima Rukun Islam. Sebagai umat yang taat, hal tersebut tentunya menciptakan perasaan tidak puas dan ketidaksetujuan terhadap perjanjian, meskipun pada akhirnya mereka tetap tunduk pada keputusan Nabi.

Baca Juga :   Tuliskan Pernyataan yang Mengandung Isu yang Dibahas dalam Penggalan Editorial di Atas

Kesimpulan

Disisi lain, Nabi Muhammad dapat melihat jauh ke depan dan memahami bahwa perjanjian tersebut adalah strategi jangka panjang yang pada akhirnya akan membawa kemenangan bagi umat Islam. Perjanjian tersebut dianggap dapat memberikan umat Islam kesempatan untuk berkonsentrasi pada penyebaran tanpa gangguan dari kaum Quraisy. Meski mendapat banyak penolakan dan ketidaksetujuan, pada akhirnya perjanjian Hudaibiyah telah membuktikan efektivitasnya dalam sejarah perjuangan umat Islam.

Baca Juga :   Pengertian Akhlak Tasawuf Secara Etimologi dan Terminologi

Ikuti kami di GoogleNews

Pos terkait