Di saat itus, jam pelajaran terakhir di sekolah. Sebelum masuk ke rapat panitia besar ulang tahun sekolah untuk memfinalisasi acara, Bapak Eling, seorang guru PPKn, masuk ke kelas 9. Dia telah mengajar tiga kelas lainnya secara berurutan sejak pagi. Saat itu merupakan sebuah momen edukatif bagi seluruh murid.
Pada pelajaran tersebut, Bapak Eling memberikan keizinan kepada murid-muridnya untuk menggunakan gawai (peralatan teknologi), sebuah kebijakan yang tidak biasa di kelas beliau. Tujuannya adalah untuk mendorong pembelajaran kolaboratif dan penggunaan teknologi dalam konteks pendidikan. Seluruh ruangan berubah menjadi nyaman dan produktif, dengan suara-suara berbisik dan ketukan jari pada layar gawai mengisi ruangan.
Setelah beberapa saat, Bapak Eling memulai pengecekan untuk memastikan setiap murid bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka. Penggunaan gawai dalam proses belajar memang mendatangkan banyak manfaat, tetapi juga tantangan. Harus ada etika dan tanggung jawab dalam menggunakan gawai, terutama di ruang kelas.
Saat mendekati meja salah satu murid, Diana, Bapak Eling mendapati bahwa Diana tidak menggunakan gawainya untuk mengerjakan tugas kelompok, melainkan melakukan tugas pelajaran lain. Dalam satu hentakan, ia spontan menegur dengan nada tinggi, “Jadi ini yang dari tadi kamu lakukan?”
Kejadian ini langsung mengejutkan seisi ruang kelas. Wajah Diana memerah, tampak malu dan tidak menyangka Bapak Eling merespon sekeras itu. Diana, yang terkejut dan malu oleh tindakan Bapak Eling, merasakan konsekuensi dari penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan oleh gurunya.
Peristiwa ini merupakan sebuah pelajaran berharga bagi semua orang di dalam kelas tersebut tentang pentingnya tanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Pendidikan bukan hanya tentang menyerap pengetahuan, namun juga tentang etika, tanggung jawab dan integritas. Penggunaan gawai di kelas adalah alat yang ampuh untuk belajar, tetapi juga membutuhkan pengendalian diri dan tanggung jawab. Dalam pendidikan, setiap pilihan yang kita buat selalu memiliki konsekuensinya.