Dalam ilmu tajwid, terdapat bagian penting yang disebut hukum bacaan. Hal ini berkaitan dengan cara membaca dan mengucapkan huruf-huruf dan kata-kata dalam Al-Quran. Dalam artikel ini, kita akan membahas sebuah konsep tertentu: hukum bacaan yang harus dibaca memantul bila mati atau dimatikan.
Sebelumnya, kita harus memahami apa yang dimaksud dengan ‘mati' atau ‘dimatikan'. Dalam konteks ini, ‘mati' atau ‘dimatikan' mengacu pada huruf mati, yaitu huruf yang tidak diberi tanda harakat atau tidak mendapatkan vokal. Dalam bahasa Arab, huruf mati ini disebut dengan istilah “sukun”.
Disamping itu, kita juga harus memahami apa itu bacaan ‘memantul'. Dalam bahasa Arab, ‘memantul' dikenal dengan istilah ‘iqlab'. Iqlab adalah bacaan yang memantulkan bunyi, biasanya terjadi pada huruf nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf ba. Saat ini terjadi, maka bacaan nun mati atau tanwin tersebut berubah menjadi bunyi mim.
Jadi, apabila kita menggabungkan kedua konsep tersebut, hukum bacaan yang harus dibaca memantul bila mati atau dimatikan adalah iqlab. Iqlab akan terjadi ketika suatu kalimat memiliki huruf nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf ba. Sebagai contoh, dalam kalimat:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bacaan ‘الرَّحْمٰنِ', yang termasuk huruf nun mati atau tanwin, bertemu dengan ‘الرَّحِيْمِ' yang dimulai dengan huruf ba. Oleh karena itu, aturan iqlab harus diterapkan pada bacaan tersebut.
Contoh lain adalah pada kalimat:
أَعُوْذُ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَانِ ٱلرَّجِيْمِ
Huruf ‘مِنَ' memiliki huruf nun mati atau tanwin dan bertemu dengan ‘ٱلشَّيْطَانِ' yang dimulai dengan huruf ba, sehingga perlu diterapkan hukum iqlab.
Dengan pemahaman yang tepat mengenai hukum bacaan dalam tajwid, seseorang dapat membaca Al-Quran dengan cara yang lebih baik dan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Jadi, jawabannya apa? Hukum bacaan yang harus dibaca memantul bila mati atau dimatikan disebut iqlab.
