Qiro'ah Sab'ah adalah istilah dalam ilmu qira'at Al-Qur'an yang merujuk pada tujuh bacaan (qira'at) yang sahih dan diakui secara luas dalam tradisi Islam. Istilah ini pertama kali muncul pada awal abad ke-3 Hijriah dan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan dan standardisasi bacaan Al-Qur'an di kalangan umat Islam.
Pengertian Qiro'ah Sab'ah
Secara harfiah, “Qiro'ah Sab'ah” berarti “Tujuh Bacaan”. Istilah ini mengacu pada tujuh cara membaca Al-Qur'an yang ditransmisikan melalui sanad yang mutawatir (berantai) dari Nabi Muhammad SAW dan dianggap sahih oleh para ulama. Ketujuh bacaan ini mencakup variasi dalam pengucapan, pengaturan huruf, dan tanda baca yang tidak mengubah makna dasar tetapi menunjukkan kekayaan bahasa Arab dan fleksibilitas teks Al-Qur'an.
Sejarah Munculnya Istilah Qiro'ah Sab'ah
Istilah Qiro'ah Sab'ah mulai dikenal pada awal abad ke-3 Hijriah (sekitar abad ke-9 Masehi) berkat upaya ulama besar dalam mengumpulkan dan mengkodifikasi berbagai cara bacaan yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Salah satu tokoh utama dalam perkembangan ini adalah Abu Bakar Ibn Mujahid (wafat 324 H/936 M), seorang ulama besar yang menetapkan tujuh bacaan utama yang kemudian dikenal sebagai Qiro'ah Sab'ah.
Ibn Mujahid menyusun kitab berjudul “Kitab al-Sab'ah fi al-Qira'at” yang mencakup bacaan dari tujuh qari' terkemuka, yaitu:
- Nafi' al-Madani
- Ibn Kathir al-Makki
- Abu ‘Amr al-Basri
- Ibn ‘Amir ad-Dimashqi
- ‘Asim al-Kufi
- Hamzah al-Kufi
- Al-Kisai al-Kufi
Masing-masing qari' ini memiliki dua perawi utama yang meneruskan bacaan mereka kepada generasi berikutnya.
Kontribusi Ibn Mujahid dan Kodifikasi Bacaan
Upaya Ibn Mujahid dalam mengkodifikasi tujuh bacaan ini adalah untuk menyederhanakan dan menyatukan variasi bacaan yang ada, sehingga memudahkan umat Islam dalam membaca dan memahami Al-Qur'an. Sebelum pengkodifikasian ini, terdapat banyak variasi bacaan yang beredar, yang semuanya sahih tetapi membingungkan bagi sebagian umat Islam yang tidak mendalami ilmu qira'at.
Penerimaan dan Penyebaran Qiro'ah Sab'ah
Setelah pengkodifikasian oleh Ibn Mujahid, Qiro'ah Sab'ah mendapatkan penerimaan yang luas di kalangan umat Islam dan menjadi standar dalam ilmu qira'at. Ulama-ulama setelah Ibn Mujahid melanjutkan tradisi ini dengan menulis komentar dan penjelasan lebih lanjut mengenai bacaan tujuh ini.
Penerimaan Qiro'ah Sab'ah ini juga dibantu oleh keabsahan sanad (rantai periwayatan) yang sangat kuat, memastikan bahwa setiap bacaan memiliki dasar yang sahih dari Nabi Muhammad SAW.
Pentingnya Qiro'ah Sab'ah dalam Studi Al-Qur'an
Qiro'ah Sab'ah sangat penting dalam studi Al-Qur'an karena:
- Keaslian Bacaan: Menjamin bahwa bacaan Al-Qur'an yang beredar di masyarakat memiliki dasar yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Kekayaan Bahasa: Menunjukkan kekayaan dan keindahan bahasa Arab yang digunakan dalam Al-Qur'an.
- Pendidikan dan Pembelajaran: Menjadi bahan ajar yang penting bagi santri dan mahasiswa dalam mempelajari variasi bacaan Al-Qur'an yang sahih.
- Penyatuan Umat: Meskipun ada variasi dalam bacaan, pengakuan terhadap ketujuh bacaan ini membantu menyatukan umat Islam di bawah payung bacaan yang diakui dan sahih.
Penutup
Istilah Qiro'ah Sab'ah yang muncul pada awal abad ke-3 Hijriah merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah ilmu qira'at Al-Qur'an. Upaya Ibn Mujahid dalam mengkodifikasi tujuh bacaan ini memberikan fondasi yang kuat bagi studi Al-Qur'an dan memastikan bahwa variasi bacaan yang diakui memiliki dasar yang sahih dan terpercaya. Hingga hari ini, Qiro'ah Sab'ah tetap menjadi bagian integral dari tradisi Islam dan terus dipelajari oleh generasi penerus dalam memahami dan mengapresiasi keindahan serta kedalaman teks suci Al-Qur'an.