Sebuah pertanyaan yang seringkali muncul dalam pembahasan tentang manusia purba di Indonesia adalah “Siapakah nenek moyang kita?” Dalam mencari jawabannya, kita harus mencoba memahami sejarah dan bukti arkeologis yang telah ditemukan hingga saat ini.
Homo Erectus dan Homo Sapiens
Dua jenis manusia purba yang telah ditemukan di wilayah Indonesia adalah Homo erectus dan Homo sapiens. Homo erectus pertama kali ditemukan di Trinil, Jawa Tengah yang kemudian dikenal dengan nama “Manusia Jawa”. Sementara penemuan Homo sapiens pertama kali dilakukan di Pulau Flores, dengan nama “Manusia Flores” atau Homo floresiensis.
Homo erectus (Manusia Jawa)
Homo erectus ditemukan oleh pakar antropologi Belanda, Eugène Dubois pada tahun 1891. Menurut penelitian, homo erectus telah hidup di wilayah Indonesia sejak satu juta tahun yang lalu hingga sekitar 150 ribu tahun silam. Keberadaan mereka dianggap signifikan karena diperkirakan mereka adalah salah satu jenis manusia purba yang berhasil menyebar ke berbagai belahan dunia.
Homo erectus memiliki struktur tengkorak yang lebih berat dan tengkorak lebih tebal dibandingkan dengan manusia modern. Namun, kapasitas otak Homo erectus lebih kecil dibandingkan dengan Homo sapiens.
Homo sapiens (Manusia Flores)
Berbeda dengan Homo erectus, Homo sapiens di Indonesia dikenal sebagai “Manusia Flores” atau Homo floresiensis. Jenis manusia purba ini pertama kali ditemukan pada tahun 2003. Menurut penelitian, mereka hidup di Indonesia sekitar 74 ribu hingga 13 ribu tahun lalu.
Homo floresiensis memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan Homo sapiens lainnya, dengan tinggi badan sekitar satu meter dan kapasitas otak sekitar sepertiga dari Homo sapiens. Meskipun demikian, bukti arkeologi menunjukkan bahwa mereka adalah pemburu handal dan mampu menggunakan alat-alat batu.
Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Pemahaman saat ini mengenai asal-usul bangsa Indonesia melibatkan teori bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Homo sapiens. Alasan utama adalah adanya kesamaan genetik antara Homo sapiens modern dan Homo sapiens yang hidup di Indonesia ribuan tahun yang lalu.
Namun, itu tidak berarti bahwa dung Homo erectus tidak mempengaruhi genetika bangsa Indonesia. Beberapa penelitian genetik juga menunjukkan adanya pertukaran gen antara Homo sapiens dan Homo erectus di masa lalu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia kemungkinan besar adalah Homo sapiens, dengan kemungkinan pengaruh genetik dari Homo erectus. Seiring berjalannya waktu dan peningkatan pengetahuan arkeologi dan genetik, pemahaman kita tentang nenek moyang bangsa Indonesia bisa saja berubah.