Tutup
Artikel

Kalimat “Muhammad Rasulullah” dalam Perjanjian Hudaibiyah Dihapus dan Diganti Menjadi “Muhammad bin Abdullah”

×

Kalimat “Muhammad Rasulullah” dalam Perjanjian Hudaibiyah Dihapus dan Diganti Menjadi “Muhammad bin Abdullah”

Sebarkan artikel ini
Domain Java (1)
Domain Java (1)

Perjanjian Hudaibiyah adalah sebuah titik penting dalam sejarah . Ini adalah perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dan kaum Quraish dari Mekkah yang digunakan untuk mengakhiri perang saudara. Perjanjian tersebut mengatur banyak ketentuan, tetapi perubahan tertentu dalam naskahnya memiliki kepentingan historis yang signifikan dan simbolis.

Salah satu perubahan ini adalah penghapusan dan penggantian frase ‘Muhammad Rasulullah' menjadi ‘Muhammad bin Abdullah'.

Iklan

Konteks Perjanjian Hudaibiyah

Pada saat Nabi Muhammad SAW dan umat dari Madinah ingin melakukan Umrah (ibadah haji kecil) ke Mekkah, mereka dilarang oleh kaum Quraish. Kejadian inilah yang mendorong kedua belah pihak untuk duduk bersama dan menegosiasikan perjanjian perdamaian yang dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah.

Baca Juga :   Rancangan Pokok Yang Tersusun Dalam Suatu Pikiran Utama Dari Sebuah Paragraf Disebut

Perjanjian ini diberi nama dari tempat di mana perjanjian tersebut ditulis dan ditandatangani, yaitu di Hudaibiyah, sebuah daerah di luar Mekkah. Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini didasarkan pada prinsip keseimbangan dan keadilan, dan merefleksikan kebijaksanaan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam menangani situasi yang sulit.

Perubahan dalam Kalimat ‘Muhammad Rasulullah'

Pada saat naskah perjanjian sedang ditulis, kaum Quraish menolak penggunaan gelar ‘Rasulullah' (Rasul Allah) untuk merujuk kepada Nabi Muhammad. Mereka berargumen bahwa jika mereka mengakui gelar ini, tidak akan ada konflik antara kedua belah pihak. Karenanya, mereka meminta kalimat ‘Muhammad Rasulullah' digantikan dengan ‘Muhammad bin Abdullah', menggunakan nama ayah Nabi sebagai identifikasi.

Baca Juga :   Salah Satu Norma yang Sifatnya Relatif karena Penerapannya di Tiap-Tiap Daerah Berbeda adalah Norma

Meskipun ini mungkin tampak sebagai penolakan atau penurunan status bagi Nabi Muhammad SAW, beliau menunjukkan kemurahan hati dan kesabaran dalam menangani situasi ini. Nabi mengakui perubahan ini, menunjukkan kerendahan hati dan kerelaan untuk mencapai perdamaian, meski harus mengorbankan penggunaan gelar yang sangat penting bagi dirinya dan umat .

Dampak dari Perubahan Ini

Perubahan sederhana ini memiliki dampak yang mendalam. Ini mengungkapkan betapa Nabi Muhammad SAW sangat berkomitmen untuk perdamaian, bahwa beliau bersedia mengorbankan pengakuan terhadap status rasul demi mencapai kedamaian.

Baca Juga :   Tidak Ada Ikan Mujair yang Memiliki Sungut. Ikan Mujair Punya Duri. Jadi…

Tindakan beliau ini juga dianggap sebagai penegasan bahwa peranan beliau bukan hanya sebagai seorang rasul, tetapi juga sebagai pemimpin dan diplomat. Ini menunjukkan betapa beliau memiliki kebijaksanaan dan kesabaran dalam menangani situasi sulit, dan betapa beliau bisa menjadi fleksibel dan pragmatis ketika diperlukan demi mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu perdamaian.

Baca Juga :   Dalam Job-Order Costing, Terdapat Tujuh Perlakuan Akuntansi Terhadap Kerugian: Penjelasan Tujuh Jenis Kerugian Produksi dan Dampaknya Bagi Perusahaan

Penggantian kalimat ini juga mencerminkan bagaimana aktivitas diplomasi bisa melibatkan negosiasi dan kompromi, dan bagaimana menerima kompromi dapat meredakan konflik dan membawa kedamaian.

Singkatnya, perubahan dari ‘Muhammad Rasulullah' menjadi ‘Muhammad bin Abdullah' dalam Perjanjian Hudaibiyah adalah sebuah tindakan simbolis yang membawa banyak pelajaran tentang sikap, diplomasi, dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan konflik dan mencapai perdamaian.

Baca Juga :   Pada Masa Demokrasi Terpimpin, Kondisi Perekonomian Indonesia Mengalami Stagnasi dan Keterpurukan Akibat Kebijakan Ekonomi Pada Masa ini Mengalami Banyak Kendala, Salah Satu Kendalanya Adalah…