Zakat adalah salah satu rukun Islam yang kelima dan merupakan kewajiban setiap Muslim yang mampu untuk memberikan sebagian dari kekayaannya kepada mereka yang berhak menerimanya. Ini adalah bentuk ibadah sosial yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
Namun, terjadi suatu peristiwa unik dalam sejarah Islam, di mana seorang khalifah berperang melawan mereka yang menolak untuk membayar zakat ini. Khalifah tersebut adalah Abu Bakar As-Siddiq, khalifah pertama dalam sejarah Islam setelah kematian Nabi Muhammad SAW.
Perang Riddah
Setelah kematian Nabi Muhammad SAW, banyak suku di Arab yang meninggalkan Islam dan menolak untuk membayar zakat. Ini menjadi tantangan besar bagi Abu Bakar As-Siddiq, yang baru saja memegang tampuk kepemimpinan.
Suku-suku ini, yang kemudian dikenal sebagai “orang-orang murtad”, bukan hanya menolak membayar zakat, tetapi juga menantang otoritas khalifah dan bahkan beberapa di antaranya mendeklarasikan nabi baru.
Untuk menjaga integritas komunitas Muslim dan hukum zakat, Abu Bakar memutuskan untuk membawa mereka kembali ke dalam Islam dan memerangi mereka. Serangkaian peperangan ini dikenal sebagai “Perang Riddah” atau Perang Apostasi.
Arti Penting Zakat
Pertempuran ini menunjukkan seberapa pentingnya zakat dalam Islam. Bagi Abu Bakar, penolakan membayar zakat bukan hanya soal pelanggaran hukum, tetapi juga tentang penolakan terhadap otoritas dan integritas komunitas Muslim.
Zakat sebagai bentuk ibadah sosial memiliki fungsi penting dalam membangun dan memelihara harmoni sosial serta keadilan ekonomi. Ini bukan hanya tentang memberikan bantuan kepada orang miskin, tetapi juga tentang membantu masyarakat secara keseluruhan.
Simpulan
Abu Bakar As-Siddiq, khalifah pertama dalam sejarah Islam, merupakan figura yang memerangi mereka yang menolak membayar zakat. Peristiwa ini menggambarkan betapa pentingnya zakat dalam komunitas Muslim dan sejauh mana pemimpin Muslim bersedia untuk melindungi dan menjaga praktik ini.
