Tutup
Artikel

Mustahil Allah Bersifat Abkam Atau Yang Maha Bisu Karena Allah Bersifat

×

Mustahil Allah Bersifat Abkam Atau Yang Maha Bisu Karena Allah Bersifat

Sebarkan artikel ini
Domain Java (1)
Domain Java (1)

Dalam memahami konsep Tuhan dalam , kita berpegang pada Asmaul Husna atau Nama-nama Allah yang indah yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis. Konsep-konsep ini mencakup gambaran Tuhan sebagai yang Maha Mengetahui, Maha Mendengar, dan Maha Melihat. Namun, apakah benar-benar mustahil untuk menganggap bahwa Allah bersifat ‘Abkam' atau bahkan menjadi ‘Yang Maha Bisu'?

Apakah ‘Abkam' dan Sifat-Sifat Allah?

Ketika kita berbicara tentang sifat-sifat Allah, kita merujuk pada karakteristik Allah yang telah disebutkan secara eksplisit dalam -Nya, yaitu Al-Quran dan Hadis. Yang pasti, setiap sifat yang disebutkan adalah penjelasan tentang esensi-Nya yang hakiki, tidak bisa dibandingkan dengan ciptaan-Nya, dan sepenuhnya memahami sifat-sifat ini adalah di luar kemampuan manusia.

Iklan
Baca Juga :   Syahrul Lupa atau Ragu-Ragu di Dalam Salat, Ia Mengerjakan Sujud Dua Kali Sebelum Salam Setelah Tasyahud Akhir. Sujud yang Dilakukannya Disebut Dengan Sujud Sahwi. Tuliskan Bacaan Sujud Tersebut Lengkap Dengan Terjemahannya.

‘Abkam', di sisi lain, dalam pengertian bahasa adalah bisu atau tidak mampu berbicara. Dalam konteks Tuhan, hal ini menunjukkan konsep bahwa Dia tidak mampu berkomunikasi atau menyampaikan -Nya. Tapi, apakah benar-benar mustahil untuk menganggap bahwa Allah bersifat ‘Abkam' atau bahkan menjadi ‘Yang Maha Bisu'?

Kenapa Allah Tidak Bisa Bersifat ‘Abkam'?

Pertama, penting untuk memahami bahwa Allah adalah Maha Pencipta dan Maha Penyampaikan pesan. Dia berbicara kepada para nabi dan rasul-Nya melalui dan inspirasi. Sebagai , Dia berbicara kepada Nabi Musa AS secara langsung di Gunung Sinai. Ini jelas menunjukkan bahwa Allah berkomunikasi dan oleh karena itu, Dia tidak bisa ‘Abkam' atau bisu.

Baca Juga :   Benda X adalah Kaca yang Digosok dengan Kain Sutera, Sedangkan Y adalah Balon yang Sudah Digosok dengan Kain Wol. Bila X dan Y Didekatkan, Apa yang Terjadi?

Kedua, Al-Quran sendiri adalah bukti bahwa Allah tidak ‘Abkam'. Al-Quran adalah kata-kata Allah, yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Dalam banyak ayat Al-Quran, Allah menggunakan kata “Kami” ketika berbicara, menunjukkan bahwa Dia berkomunikasi dengan ciptaan-Nya.

Ketiga, identifikasi Allah dengan sifat ‘Abkam' bertentangan dengan aspek ketauhidan dalam . Mendefinisikan Allah dengan cara yang sama dengan ciptaan-Nya adalah syirik, yang berarti membuat sebanding Tuhan dengan ciptaan-Nya.

Baca Juga :   Sejarah adalah Suatu Ilmu Pengetahuan yang Disusun Atas Hasil Penyelidikan

Jadi, Jawabannya Apa?

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa tidak mungkin Allah bersifat ‘Abkam' atau Yang Maha Bisu. Allah tidak hanya memiliki kemampuan untuk berbicara, tetapi juga telah berkomunikasi dengan ciptaan-Nya melalui Nabi-Nya, membuktikan bahwa Dia bukanlah ‘Abkam'. Allah memiliki sifat yang layak bagi keagungan-Nya dan tidak ada satu pun yang tidak sesuai dengan esensi-Nya sebagai Maha Pencipta dan Tuhan Semesta Alam.

Baca Juga :   Apa Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terhadap Perubahan Sosial?