Peribahasa: “Gajah Di Pelupuk Mata Tak Tampak, Semut Diseberang Lautan Tampak”

Pepatah sering digunakan dalam masyarakat kita untuk berkomunikasi dengan makna yang lebih dalam dari kata-kata biasa. Seringkali, pepatah dapat menggambarkan situasi dengan langkah mengagumkan. Salah satu notable dari kearifan lokal kita adalah peribahasa, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut diseberang lautan tampak”. Kita akan membahas lebih dalam makna dan aplikasi dari peribahasa ini dalam kehidupan sehari-hari.

Makna Peribahasa

Peribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut diseberang lautan tampak” memiliki makna yang dalam dan berlapis. ‘Gajah' dan ‘semut' dalam konteks ini berfungsi sebagai simbol, sedangkan ‘pelupuk mata' dan ‘seberang lautan' membantu dalam menjelaskan posisi dan persepsi subjek.

Baca Juga :   Pertanyaan Pertama untuk Menggali Proses Belajar dari Peserta Didik dalam Mengatasi Hambatan Belajar Kimia, Kecuali …

Secara harfiah, peribahasa itu adalah pernyataan paroksista tentang bagaimana seseorang tidak bisa melihat gajah yang benar-benar berada dekat dengan mereka (di pelupuk mata mereka), tetapi mereka bisa melihat semut yang sangat jauh (di seberang lautan). Ini tentu saja tidak mungkin secara fisik, tapi peribahasa ini berbicara tentang metafora yang lebih dalam dan bukan realitas fisik.

Baca Juga :   Jujur dalam Bahasa Arab Disebut As-Sidqu yang Artinya

Secara metaforis, peribahasa ini biasanya merujuk kepada orang-orang yang tidak mampu melihat kesalahan besar yang mereka lakukan atau masalah besar di depan mata mereka, namun mereka sangat pandai dalam menemukan dan mengecam kesalahan kecil oleh orang lain yang jauh.

Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Peribahasa ini sangat relevan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam konteks hubungan pribadi, kerap kali kita melihat orang lain dengan sangat kritis dan cepat menemukan kesalahan mereka. Namun, saat menyangkut diri kita sendiri, kita seringkali mengabaikan atau bahkan menyangkal keberadaan kesalahan dan masalah yang jelas ada.

Baca Juga :   Menghitung Total Pilihan Rute Penerbangan dari Surabaya ke Eropa Melalui Arab Saudi dengan Tidak Menggunakan Rute yang Sama

Hal ini juga berlaku dalam konteks sosial yang lebih luas. Misalnya, kita mungkin melihat dan mengkritik tingkah laku negatif dalam masyarakat yang jauh, sementara mengabaikan masalah serius yang ada di masyarakat kita sendiri.

Tentu saja, peribahasa ini bukanlah seruan untuk mengabaikan kesalahan orang lain. Sebaliknya, itu adalah ajakan untuk melihat lebih dekat pada diri kita sendiri, dan berusaha memperbaiki kesalahan dan masalah yang kita miliki sebelum kita dengan cepat menunjuk jari pada yang lain.

Baca Juga :   Integrasi Nasional: Upaya dan Proses Mempersatukan Perbedaan dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika untuk Menghindari Disintegrasi Bangsa, Sikap dan Perilaku yang Diperlukan Adalah?

Peribahasa ini juga merupakan pengingat bahwa kita perlu berusaha lebih keras untuk melihat apa yang dekat dan jelas, sebelum kita mencoba menatap ke jauh melintasi lautan.

Kesimpulan

Sangat alamiah bagi kita sebagai manusia untuk lebih fokus pada kesalahan orang lain daripada kesalahan kita sendiri. Peribahasa “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak” memberi kita pengingat yang powerful bahwa kita harus belajar untuk merenung dan memeriksa diri kita sendiri, sebelum mulai mengarahkan kritik dan tuduhan ke arah orang lain.

Baca Juga :   Pengamat Sebut PPKGGBK Tak Bisa Kosongkan Paksa Hotel Sultan Tanpa Perintah Pengadilan

Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah belajarlah untuk melihat dan mengakui ‘gajah' dalam hidup kita sendiri sebelum berusaha mencari ‘semut' dalam hidup orang lain.