Tutup
News

Perilaku Konsumen yang Hanya Memperhatikan Gengsi dan Prestise Disebut Perilaku Konsumen Bagaimana?

×

Perilaku Konsumen yang Hanya Memperhatikan Gengsi dan Prestise Disebut Perilaku Konsumen Bagaimana?

Sebarkan artikel ini
Domain Java (1)
Domain Java (1)

Perilaku konsumen merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu, grup, atau memilih, membeli, menggunakan, dan membuang produk, layanan, ide, atau pengalaman. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya gengsi dan prestise.

Perilaku konsumen yang hanya memperhatikan gengsi dan prestise biasanya merujuk pada “Konsumen Prestise” atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “Prestige-seeking Consumer Behavior”. Konsumen jenis ini cenderung melakukan pembelian berdasarkan penilaian sosial, status, dan citra diri. Mereka ditarik untuk memiliki produk atau jasa yang mampu meningkatkan gengsi dan prestise di mata publik.

Iklan
Baca Juga :   Jenis Gelombang Elektromagnetik yang Menampilkan Suhu Tubuh Manusia

Ciri-Ciri Konsumen Prestise

Berikut ini adalah ciri-ciri dari konsumen prestise:

  1. Perhatian Tinggi terhadap Merek: Merek menjadi penentu utama dalam proses pembelian mereka. Merek-merek ternama dan berkualitas tinggi sering kali menjadi pilihan pertama.
  2. Mementingkan Citra Diri: Konsumen prestise sangat mementingkan citra diri. Mereka memilih produk atau jasa yang dapat menunjukkan status sosial mereka.
  3. Berpengeluaran Besar: Karena berfokus pada merek-merek ternama, mereka biasanya bersedia mengeluarkan biaya yang lebih besar.
  4. Perilaku Pembelian untuk Menonjolkan Dirinya: Mereka seringkali menampilkan barang-barang yang mereka beli di atau sosial mereka untuk menunjukkan gengsi dan prestise.
Baca Juga :   Selain Mengungkapkan Dalil Objektif Alinea 1 Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, Juga Mengandung Suatu Pernyataan Subjektif yaitu Aspirasi Bangsa Indonesia Sendiri Untuk

Dampak Perilaku Konsumen Prestise

Perilaku konsumen prestise memiliki dampak baik negatif maupun positif. Di satu sisi, konsumen prestise dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi karena tingginya permintaan terhadap barang-barang mewah. Di sisi lain, perilaku ini juga bisa menimbulkan masalah seperti konsumtivisme berlebihan dan tekanan sosial untuk ‘menjaga wajah'.

Perusahaan dan pasar harus menyadari dan memahami perilaku konsumen prestise. Pengetahuan ini penting dalam mengembangkan strategi yang efektif, seperti posisi merek, promosi, dan pengemasan produk.

Baca Juga :   Ini Profil dan Kejadian Kontroversial Cut Melisa di Bandara Kualanamu

Tentunya, dalam segala hal termasuk dalam berbelanja, seimbang adalah kuncinya. Mempertahankan gengsi dan prestise tidak salah, selama itu tidak membawa dampak negatif pada finansial dan kesejahteraan mental. Sebagai konsumen, penting untuk selalu bijaksana dan mempertimbangkan kebutuhan daripada keinginan semata.