Dalam rangka melihat lebih dalam maksud dari pemilihan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, penting untuk memahami arti dari frasa itu sendiri. Dalam bahasa Jawa Kuno, “Bhinneka Tunggal Ika” secara harfiah diterjemahkan menjadi “Berbeda-beda tetapi tetap satu.” Ini adalah prinsip yang memegang kekuatan besar dalam konteks politik, sosial, dan budaya Indonesia.
Kesamaan dengan Kondisi Kerajaan
Ketika merujuk pada ‘kondisi mirip kerajaan', kita harus memperhatikan bagaimana masyarakat kerajaan kuno Indonesia diorganisasi. Dalam kerajaan-kerajaan kuno seperti Majapahit atau Sriwijaya, terdapat beragam etnis, budaya, dan agama yang hidup berdampingan di bawah satu pemerintahan.
Serupa dengan kerajaan-kerajaan tersebut, Indonesia sebagai negara juga memiliki keragaman yang luar biasa. Dengan lebih dari 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, dan lebih dari 500 bahasa daerah yang digunakan, Indonesia adalah definisi dari keragaman. Oleh karena itu, terdapat kesejajaran antara kondisi bangsa Indonesia dengan kondisi kerajaan-kerajaan kuno.
Bhinneka Tunggal Ika dan Indonesia
Dalam keragaman besar ini, pemilihan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika' merupakan pilihan yang tepat. Dengan menjunjung tinggi semboyan ini, Indonesia mengakui dan merayakan keragaman yang ada dalam negara tersebut, sambil menjaga persatuan dan kesatuan.
Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika' sejuknya menekankan bahwa meski memiliki perbedaan yang sangat banyak, bangsa Indonesia tetap satu, bersatu dalam keragamannya. Melalui semboyan ini, juga terkandung pesan bahwa keragaman ini justru tidak memisahkan, tapi malah memperkaya dan memperkuat bangsa.
Kesimpulan
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa salah satu alasan yang mendasari pemilihan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika' adalah ada kesamaan kondisi bangsa Indonesia dalam keragamannya dengan kondisi kerajaan-kerajaan di masa lalu. Seperti kerajaan-kerajaan tersebut, Indonesia adalah sebuah tempat di mana keragaman budaya, etnis, dan agama berdampingan dan hidup bersama dalam satu kesatuan bangsa.