Pada masa kekhalifahan Abu Bakar As Siddiq, muncul dua individu yang mengaku sebagai nabi. Mereka adalah Musailamah Al-Kadzab dan Tulaihah Al-Asdi.
Musailamah Al-Kadzab
Musailamah bin Habib, atau lebih dikenal dengan sebutan Musailamah Al-Kadzab (Musailamah Sang Pembohong), merupakan salah satu individu yang mengaku sebagai nabi pada zaman Khalifah Abu Bakar As Siddiq. Beliau adalah anak dari Kabilah Bani Hanifah dari Yamamah yang terletak di wilayah Najd, Arab Saudi sekarang.
Musailamah mendeklarasikan dirinya sebagai nabi sepeninggal Nabi Muhammad SAW dan mengambil kesempatan dari pergolakan politik setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pengakuannya sebagai nabi ditujukan untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan.
Di zamannya, Musailamah mendirikan sebuah gerakan yang dikenal dengan gerakan “Nabi Baru Yamamah”. Gerakan ini mendapatkan dukungan cukup signifikan dari Bani Hanifah yang menjadi kekuatan besar dari gerakan Musailamah. Meskipun begitu, Musailamah berhasil dikalahkan oleh tentara Islam dalam perang Yamamah yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.
Tulaihah Al-Asdi
Individu kedua yang mengaku sebagai nabi pada masa khalifah Abu Bakar As Siddiq adalah Tulaihah Al-Asdi. Tulaihah adalah pemimpin dari suku Banu Asad dan memiliki pengaruh besar dalam suku tersebut.
Tulaihah mengklaim kenabian setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, seperti halnya dengan Musailamah Al-Kadzab, Tulaihah juga mencoba untuk mengambil keuntungan dari kekacauan politik pada masa itu. Tulaihah dikenal sebagai tokoh yang perkasa dan pemberani, namun klaim kenabiannya ternyata tidak dapat menghalangi pasukan muslim yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dalam pertempuran yang terjadi.
Ironisnya, setelah dikalahkan, Tulaihah berbalik arah dan bertobat menjadi Muslim. Ia menjadi pejuang Islam yang gigih dan mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan agama Islam hingga akhir hayatnya.
Dengan demikian, pada masa Khalifah Abu Bakar As Siddiq, dua orang yang pengakuan dirinya sebagai nabi adalah Musailamah Al-Kadzab dan Tulaihah Al-Asdi. Keduanya berusaha untuk memanfaatkan situasi politik yang kacau untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan, namun keduanya akhirnya gagal dan dikalahkan oleh tentara Islam.
