Tutup
Artikel

Tradisi Minum Tuak, Kepercayaan Animisme dan Dinamisme Sebelum Datangnya Wali Songo: Metode Penyebaran Dakwah Yang Dilakukan Para Wali

×

Tradisi Minum Tuak, Kepercayaan Animisme dan Dinamisme Sebelum Datangnya Wali Songo: Metode Penyebaran Dakwah Yang Dilakukan Para Wali

Sebarkan artikel ini
Domain Java (1)
Domain Java (1)

Pada masa sebelum datangnya Wali Songo di Nusantara, masyarakat masih memiliki berbagai tradisi dan kepercayaan yang berakar kuat, seperti tradisi minum tuak dan kepercayaan animisme dan dinamisme. Ketika mulai memasuki Nusantara, para Wali, termasuk Wali Songo, dalam tugasnya menyebarkan ajaran , berhadapan langsung dengan beragam tradisi dan kepercayaan ini.

Baca Juga :   Bacalah Permasalahan Berikut Ini, Berilah Saran Apa Yang Sebaiknya Dilakukan

Menghadapi situasi yang demikian, para Wali memilih untuk melakukan dakwah dengan kelembutan, kedamaian, dan dilakukan secara perlahan serta bertahap. Metode ini disebut dengan metode dakwah secara cultural approach.

Iklan

Metode Dakwah Cultural Approach

Metode dakwah cultural approach ini mengedepankan proses akulturasi dan sinkretisme budaya. Para wali berupaya memasukkan ajaran-ajaran ke dalam tradisi dan budaya lokal secara halus dan tidak menggurui sehingga dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Baca Juga :   Sunan Gunung Jati Berjasa Besar Dalam Mendirikan Kerajaan Banten, Nama Asli Sunan Gunung Jati adalah…

Perlunya Pendekatan Budaya

Pendekatan budaya ini diperlukan karena para wali menyadari bahwa perubahan kepercayaan bukanlah hal yang mudah dan tidak dapat dilakukan secara instan atau paksaan. Mereka menghindari konflik dan pergolakan dengan menerima dan menghargai budaya lokal, sekaligus memperkenalkan konsep-konsep secara perlahan dan bertahap.

Implementasi Pendekatan Budaya

Dalam konteks tradisi minum tuak, misalnya, para wali tidak langsung melarang tradisi tersebut. Namun, mereka merubah konotasi dan pemahaman masyarakat terhadap tuak dengan memperkenalkan konsep ‘khamr' dalam , yang merujuk pada segala jenis minuman yang dapat memabukkan. Proses ini dilakukan secara bertahap dan melalui pendekatan secara halus.

Baca Juga :   Bagaimana Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam Ketika Saudara-Saudaranya dan Ayahnya Datang Ke Istana?

Demikian juga dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, para wali tidak mencoba untuk membasmi kepercayaan tersebut secara langsung. Sebaliknya, mereka memadukan unsur-unsur kepercayaan tersebut dengan ajaran-, seperti konsep tauhid (persatuan Tuhan), yang bukan saja mempercayai adanya roh atau semangat tetapi juga percaya bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah.

Baca Juga :   Banyak Masyarakat Desa Yang Selalu Pasrah Pada Nasib dan Apatis Terhadap Penguasaan Sumber Ekonomi Sehingga Menjadi Miskin: Hal Ini Merupakan Bentuk Kemiskinan

Melalui metode dakwah cultural approach ini, para wali berhasil merubah pandangan dan sikap masyarakat terhadap Islam yang pada awalnya asing menjadi lebih akrab dan diterima secara luas.