Berempati Dapat Juga Melalui Menata Ruang Belajar Kondusif Mungkin Untuk Merdeka Belajar

Berempati dapat juga melalui menata ruang belajar kondusif mungkin untuk Merdeka Belajar. Apakah yang disebut Zona Berpikir dalam Ruang Belajar Inovatif? Pertanyaan ini merupakan 42 Soal Post Test PMM dengan Peningkatan Praktik Kinerja di Platform Merdeka Mengajar (PMM), Simak yuk jawabannya.

Soal : Berempati dapat juga melalui menata ruang belajar kondusif mungkin untuk Merdeka Belajar. Apakah yang disebut Zona Berpikir dalam Ruang Belajar Inovatif?

Pilihan Jawaban :

Zona untuk murid eksplorasi bebas yang sedang ia pelajari
Zona untuk berdiskusi, memberi umpan balik, dan menguji ide
Zona untuk membuat gagasan menjadi lebih konkret
Zona untuk menyuguhkan hasil belajar ke teman-teman sekelas

Apakah yang disebut Zona Berpikir dalam Ruang Belajar Inovatif?

Dalam konteks pendidikan di Indonesia yang tengah bergulir dengan konsep Merdeka Belajar, penting untuk menciptakan ruang belajar yang mendukung tidak hanya aspek kognitif siswa tetapi juga emosi, kreativitas, dan interaksi sosial mereka.

Salah satu aspek penting dalam desain ruang belajar inovatif adalah pemahaman tentang Zona Berpikir, yang merujuk pada area atau lingkungan tertentu di dalam ruang kelas yang dirancang untuk mendukung aktivitas berpikir siswa secara optimal.

Konsep Zona Berpikir ini sangat erat kaitannya dengan prinsip Merdeka Belajar yang menekankan pada kebebasan siswa untuk belajar sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan mereka, serta mendorong proses pembelajaran yang lebih kolaboratif dan reflektif.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai konsep Zona Berpikir dalam ruang belajar inovatif, mengidentifikasi berbagai macam zona berpikir yang bisa diterapkan di dalam ruang belajar, serta bagaimana hal tersebut dapat mendukung tujuan Merdeka Belajar.

1. Zona untuk Murid Eksplorasi Bebas yang Sedang Ia Pelajari

Zona pertama yang dapat diterapkan dalam ruang belajar inovatif adalah Zona Eksplorasi. Zona ini bertujuan untuk memberikan kebebasan bagi siswa dalam mengeksplorasi materi pelajaran, ide-ide baru, atau konsep-konsep yang sedang dipelajari. Eksplorasi di sini tidak terbatas hanya pada pengetahuan yang terkandung dalam buku pelajaran, tetapi juga pada pengalaman pribadi siswa yang bisa membawa mereka pada pemahaman yang lebih mendalam.

Dalam Zona Eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk melakukan penelitian, percakapan dengan teman sekelas, atau eksperimen untuk menemukan dan mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Dalam ruang belajar yang inovatif, penggunaan teknologi digital bisa sangat mendukung dalam menciptakan Zona Eksplorasi ini. Misalnya, siswa dapat mengakses berbagai sumber daya online untuk mendalami topik tertentu, atau menggunakan alat bantu visual dan multimedia untuk mengilustrasikan gagasan mereka.

Zona ini juga memberikan ruang bagi siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses belajar mereka. Dengan demikian, Zona Eksplorasi mendorong siswa untuk berpikir secara mandiri dan kreatif, yang merupakan inti dari pembelajaran yang berbasis pada minat dan kebutuhan individu siswa.

2. Zona untuk Berdiskusi, Memberi Umpan Balik, dan Menguji Ide

Zona kedua yang penting dalam ruang belajar inovatif adalah Zona Kolaborasi dan Umpan Balik. Zona ini dirancang untuk mengoptimalkan interaksi antar siswa, baik dalam bentuk diskusi kelompok maupun komunikasi antara siswa dengan guru. Berbeda dengan Zona Eksplorasi yang lebih fokus pada proses individual, Zona Kolaborasi dan Umpan Balik menekankan pentingnya pembelajaran bersama.

Dalam Zona Kolaborasi, siswa tidak hanya belajar untuk mengungkapkan ide mereka, tetapi juga untuk mendengarkan dan memberikan umpan balik terhadap ide orang lain. Diskusi terbuka menjadi bagian penting dalam pembelajaran, karena siswa dapat saling bertukar pandangan, menggali lebih dalam mengenai suatu topik, serta menguji ide-ide mereka dalam forum yang mendukung.

Pada zona ini, guru berperan sebagai fasilitator yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membantu mengarahkan diskusi dan memastikan bahwa setiap siswa merasa dihargai dalam proses berbagi gagasan. Ini adalah elemen yang sangat penting dalam konteks Merdeka Belajar, karena memberikan ruang bagi setiap suara siswa untuk didengar dan dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.

Salah satu bentuk penerapan Zona Kolaborasi ini adalah penggunaan diskusi berbasis proyek atau problem solving, di mana siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah tertentu. Umpan balik yang diterima dari teman sekelas dan guru memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik dan memperbaiki gagasan mereka.

3. Zona untuk Membuat Gagasan Menjadi Lebih Konkret

Zona ketiga yang harus ada dalam ruang belajar inovatif adalah Zona Konkretisasi Ide. Pada zona ini, siswa diberi kesempatan untuk menjadikan ide atau gagasan yang telah mereka eksplorasi menjadi sesuatu yang lebih nyata dan dapat diterapkan. Ini adalah langkah penting dalam proses pembelajaran karena ide yang abstrak dan teoritis dapat berkembang menjadi karya atau solusi yang dapat dirasakan manfaatnya.

Proses konkretisasi ini bisa dilakukan melalui berbagai bentuk, seperti pembuatan prototipe, laporan penelitian, karya seni, atau produk digital yang menggambarkan hasil dari pemikiran dan eksplorasi yang telah dilakukan sebelumnya. Misalnya, jika siswa sedang mempelajari konsep matematika, mereka bisa menerapkan konsep tersebut dalam proyek nyata seperti merancang sebuah model bangunan atau merencanakan anggaran untuk suatu acara.

Penting untuk dicatat bahwa dalam Zona Konkretisasi ini, siswa tidak hanya dituntut untuk menghasilkan karya yang baik secara teknis, tetapi juga untuk berfikir kritis tentang bagaimana karya tersebut dapat memecahkan masalah yang ada atau memberikan manfaat bagi orang lain. Dengan kata lain, Zona Konkretisasi menekankan pada aspek penerapan pengetahuan dalam kehidupan nyata, yang merupakan salah satu tujuan utama Merdeka Belajar.

4. Zona untuk Menyuguhkan Hasil Belajar ke Teman-Teman Sekelas

Zona terakhir yang perlu ada dalam ruang belajar inovatif adalah Zona Presentasi dan Refleksi. Setelah siswa bekerja dalam zona eksplorasi, kolaborasi, dan konkretisasi, langkah selanjutnya adalah menyuguhkan hasil belajar mereka kepada teman-teman sekelas dalam bentuk presentasi atau pameran. Zona ini tidak hanya menguji kemampuan siswa dalam menyampaikan ide mereka, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menerima kritik dan saran konstruktif dari orang lain.

Pada Zona Presentasi, siswa akan belajar untuk mengkomunikasikan gagasan mereka secara jelas dan efektif. Mereka akan diajarkan untuk menyusun presentasi yang menarik, menggunakan alat bantu visual atau multimedia, serta melatih keterampilan berbicara di depan umum. Ini adalah keterampilan penting yang tidak hanya berguna di dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam kehidupan profesional siswa di masa depan.

Proses ini juga mendukung evaluasi diri dan evaluasi teman sejawat. Dalam presentasi, siswa dapat mengevaluasi sejauh mana ide mereka telah diterima dan dipahami oleh orang lain. Selain itu, mereka juga bisa menerima umpan balik dari teman-teman sekelas dan guru yang dapat membantu mereka untuk terus memperbaiki dan mengembangkan ide mereka.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, konsep Zona Berpikir dalam ruang belajar inovatif merupakan pendekatan yang sangat relevan dengan tujuan Merdeka Belajar. Dengan menciptakan berbagai zona yang mendukung eksplorasi bebas, kolaborasi, konkretisasi ide, dan presentasi, siswa diberi ruang untuk berpikir secara kreatif, kritis, dan mandiri. Pembelajaran yang terjadi tidak hanya berpusat pada penguasaan materi pelajaran, tetapi juga pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.

Implementasi Zona Berpikir dalam ruang belajar inovatif memberikan siswa kesempatan untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengarahkan dan mengembangkan potensi mereka. Dengan demikian, konsep Zona Berpikir ini menjadi salah satu kunci utama dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung tercapainya visi Merdeka Belajar di Indonesia.

Referensi:

  1. Kemendikbudristek. (2021). Panduan Merdeka Belajar: Sekolah Penggerak.
  2. Pratiwi, S. (2023). Pendidikan Inovatif untuk Generasi Milenial. Jakarta: Pustaka Edukasi.
  3. Suyadi, A. (2022). Membangun Ruang Belajar yang Mendukung Kreativitas dan Inovasi. Yogyakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.