Demokrasi Pada Masa Orde Reformasi Ditandai Oleh

Domain Java (1)
Domain Java (1)

Demokrasi pada masa orde reformasi ditandai oleh, kecuali…

A. Kebebasan beragama

B. Kemerdekaan pers

C. Kemerdekaan membentuk parpol

D. Otonomi daerah

E. Pemilu yang demokratis

Jawaban yang tepat adalah:

D. Otonomi daerah

Meskipun otonomi daerah merupakan salah satu hasil reformasi yang signifikan dan bagian dari desentralisasi kekuasaan di Indonesia, demokrasi pada masa Orde Reformasi lebih sering diidentikkan dengan aspek-aspek kebebasan politik dan sosial, seperti kebebasan beragama, kemerdekaan pers, kemerdekaan membentuk partai politik, dan pemilu yang demokratis. Otonomi daerah meskipun penting, lebih berfokus pada redistribusi kekuasaan pemerintahan kepada daerah dan bukan langsung menjadi indikator utama dari penerapan demokrasi di tingkat nasional.

Demokrasi pada Masa Orde Reformasi: Mewujudkan Kebebasan dan Keadilan

Demokrasi di Indonesia mengalami transformasi besar pada masa Orde Reformasi yang dimulai pada tahun 1998, setelah jatuhnya rezim Orde Baru. Perubahan ini menandai berakhirnya pemerintahan otoriter dan dimulainya era baru yang lebih terbuka dengan prinsip-prinsip demokrasi yang lebih kuat. Demokrasi pada masa Orde Reformasi dicirikan oleh beberapa hal penting, seperti kebebasan beragama, kemerdekaan pers, kemerdekaan membentuk partai politik, pemilu yang demokratis, dan desentralisasi kekuasaan yang signifikan, terutama melalui otonomi daerah. Meskipun demikian, tidak semua aspek ini langsung tercapai dengan sempurna. Artikel ini akan membahas beberapa ciri utama dari demokrasi pada masa Orde Reformasi serta tantangan yang masih dihadapi.

Baca Juga :   Soal Bahasa Inggris Kelas 6 Semester 2 dan Kunci Jawaban

1. Kebebasan Beragama

Salah satu ciri demokrasi pada masa Orde Reformasi adalah kebebasan beragama yang lebih terjamin dibandingkan dengan masa Orde Baru. Pada masa Orde Baru, kebebasan beragama sering kali dibatasi, dengan pengaruh kuat negara dalam mengatur kehidupan beragama. Namun, setelah reformasi, kebebasan beragama di Indonesia semakin diperkuat, memungkinkan setiap individu untuk memeluk dan menjalankan agama mereka sesuai dengan keyakinannya tanpa tekanan atau diskriminasi dari negara. Pasal 29 UUD 1945 yang menjamin kebebasan beragama menjadi landasan kuat untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

2. Kemerdekaan Pers

Kemerdekaan pers juga menjadi salah satu pilar demokrasi yang berkembang pesat pada masa Orde Reformasi. Pada masa Orde Baru, pers berada di bawah kontrol ketat pemerintah, dengan berbagai pembatasan terhadap kebebasan berbicara dan menulis. Namun, setelah reformasi, berbagai undang-undang yang menjamin kebebasan pers diterapkan, salah satunya adalah Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, yang memberikan perlindungan bagi jurnalis dan media untuk melaksanakan tugasnya tanpa campur tangan dari pemerintah. Kebebasan pers ini sangat penting dalam menjaga transparansi, akuntabilitas pemerintah, dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengkritik kebijakan publik.

Baca Juga :   Secara Etimologis, Demokrasi Berasal dari Bahasa Yunani, Yaitu "Demos" dan "Kratos" yang Artinya

3. Kemerdekaan Membentuk Partai Politik

Salah satu aspek penting dari demokrasi di Indonesia setelah Orde Reformasi adalah kemerdekaan untuk membentuk partai politik. Pada masa Orde Baru, terdapat pembatasan yang ketat terhadap pembentukan partai politik, yang hanya memperbolehkan dua partai besar yang mendukung pemerintah. Setelah reformasi, Indonesia memasuki era multipartai, di mana partai-partai politik dengan berbagai ideologi dan platform politik dapat dibentuk dan berkompetisi secara bebas dalam pemilu. Hal ini memperkuat sistem demokrasi dengan memberikan lebih banyak pilihan bagi rakyat untuk memilih wakil mereka dalam pemerintahan.

Baca Juga :   Salah Satu Prinsip Demokrasi Pancasila Adalah Mewujudkan Rasa Keadilan Sosial Sesuai Dengan Sila

4. Pemilu yang Demokratis

Pemilu yang demokratis adalah salah satu hasil terbesar dari reformasi yang terjadi. Pemilu di Indonesia pada masa Orde Baru sering kali dilaksanakan dengan cara yang sangat terkontrol, dengan hasil yang sudah dapat diprediksi. Namun, setelah reformasi, Indonesia melaksanakan pemilu yang lebih terbuka, bebas, dan adil, yang memungkinkan rakyat untuk memilih pemimpin mereka tanpa adanya tekanan atau manipulasi. Pemilu legislatif, presiden, dan daerah dilaksanakan secara langsung dan demokratis, dengan pengawasan yang ketat dari lembaga-lembaga independen seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU).

5. Otonomi Daerah

Salah satu perubahan besar yang terjadi pada masa Orde Reformasi adalah pemberian otonomi daerah yang lebih luas kepada pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk mengelola urusan dalam negeri mereka secara lebih mandiri, termasuk dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kebijakan publik lainnya. Tujuan utama dari otonomi daerah adalah untuk mengurangi sentralisasi kekuasaan yang ada pada masa Orde Baru dan memberikan lebih banyak wewenang kepada pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.

Baca Juga :   Sikap Toleran Terhadap Perbedaan dan Menerima Keberagaman Akan Membentuk Kehidupan Yang

Namun, meskipun otonomi daerah adalah salah satu hasil positif dari reformasi, implementasinya tidak selalu berjalan mulus. Beberapa daerah masih menghadapi masalah dalam hal pengelolaan keuangan, penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat daerah, serta kesenjangan pembangunan antara daerah yang lebih maju dan yang tertinggal.

Tantangan Demokrasi pada Masa Orde Reformasi

Meskipun banyak kemajuan yang dicapai dalam demokrasi pada masa Orde Reformasi, tantangan tetap ada. Beberapa masalah yang masih dihadapi Indonesia dalam perjalanan demokrasi ini antara lain:

  1. Korupsi
    Korupsi masih menjadi masalah besar di Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Meskipun ada berbagai upaya pemberantasan korupsi melalui lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), praktik korupsi masih marak di berbagai sektor pemerintahan.
  2. Polarisasi Sosial dan Politik
    Demokrasi yang terbuka memungkinkan adanya pluralisme dalam masyarakat, namun hal ini juga bisa menyebabkan polarisasi yang tajam, terutama dalam hal politik. Ketegangan antara kelompok-kelompok yang memiliki pandangan politik yang berbeda sering kali menjadi masalah yang mempengaruhi stabilitas sosial.
  3. Ketimpangan Ekonomi
    Meskipun reformasi telah menciptakan sistem politik yang lebih demokratis, ketimpangan ekonomi masih menjadi masalah besar di Indonesia. Ketidakmerataan pembangunan antara daerah kaya dan miskin masih sangat terasa, dan ini seringkali mengarah pada ketidakpuasan sosial.
  4. Kualitas Demokrasi yang Belum Sempurna
    Meskipun Indonesia telah melaksanakan pemilu yang lebih demokratis, kualitas demokrasi masih perlu ditingkatkan. Masih terdapat masalah dengan manipulasi politik, politik uang, serta rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam politik.
Baca Juga :   Demokrasi yang Diterapkan di Setiap Negara Berbeda-Beda Disebabkan oleh Faktor-Faktor Berikut, Kecuali

Kesimpulan

Demokrasi pada masa Orde Reformasi telah membawa perubahan besar bagi Indonesia, dengan memperkenalkan kebebasan beragama, kemerdekaan pers, pemilu yang lebih demokratis, dan otonomi daerah. Namun, meskipun ada banyak kemajuan, tantangan seperti korupsi, polarisasi sosial, ketimpangan ekonomi, dan kualitas demokrasi yang belum sempurna masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Ke depannya, upaya untuk terus memperkuat demokrasi dengan memperbaiki sistem politik, ekonomi, dan sosial sangat penting untuk menjaga keberlanjutan reformasi dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Ikuti kami di GoogleNews

Pos terkait